CERPEN: Kita Tak Sama

Mataku terbuka, aku melihat hanponeku ternyata sudah pukul 06:00 tandanya aku harus segera bangun untuk menjalankan kewajibanku sebagai mahasiswa yaitu bersiap-siap ke kampus.
Pukul 06: 30 aku sudah selesai dengan pakaian yang rapi dan tentu saja dengan dandanan yang biasa saja, intinya nyaman untuk saya dan tidak mengganggu penglihatan orang lain yang sebagaiamana mestinya jadi seoramg mahasiswa. Jam 07 :00 saya berangkat ke kampus, saya membutuhkan waktu lama ke kampus karena kos dan kampus saya lumayan dekat. Sesampainya di kampus seperti biasa saya disambut dengan cacian, bullyan dari orang- orang sekampusku. Namun, saya tdak mempersalahkan itu,karena aku sudah seperti ini selama setahun.
Jam kulia pertama pun mulai, tandanya semua mahasiswa  ada di dalam kelas. Didalam kelas tak satu pun yang ingin duduk didekatku atau pun brteman denganku mereka seolah olah menganggapku tidak ada didalam kelas. 
Semangat……..jangan jadi orang lemah, (ucapku dalam hati) yang setiap hari saya ucapkan untuk menyemangati diiriku sendiri. Dosen pu masuk kemudian langsung dengan presensi kehadiran, seperti biasa bapak dosen bertanya setelah semua nama dibacakan, siapa  nama yang bapak  belum sebutkan. Tiba-tiba satu mahasiswa menjawab, saya pak. Baik, tolong laporkan namamu kesini. Semua orang pun tertuju padanya, ternyata dia adalah mahasiswa baru yaitu Mahsiswa transfer. 
Kulia pertama pun selesai, tandanya bapak dosen keluar dari ruangan dan kami pun akan menyiapkan mata kulia kedua. Tiba-tiba mahasiswa baru itu, mendekatiku dan menyapaku. Hy....jawabku dengan gugup karena itu baru pertama kalinya “Nama kamu siapa” “Nama ku?” tanya saya dengan mulut yang terbata bata “Ia lah siapa lagi kan di sini kamu yang ada disamping aku, masa naya tembok sih” “hehehe ia juga yah, nama ku Nita” kalau saya sindy.  Aku pun memberikan senyum sopanku untuk teman baru atau teman pertamanya saya. “Nama kamu bagus cocok untuk orangnya” “nama kamu juga bagus, cocok juga untuk kamu”. Belum sempat saya membalasnya, tiba-tiba dosen masuk, saya dan sindipun mengikuti kulia dengnan begitu semangat kami berdua pun duduk berdekatan. Selesai kulia dosen langsung keluar kelas dan kami pun bergegas mau pulang. Belum lama dosen keluar, si ratu kelas (Tika) langsung menuju kearah Sindy “Hy Sindy kenali nama gue Tika“Sindy membalsnya dengan senyum “kamu yakin mau teman dengan si cupu itu,aku kasih saran ya mending kamu teman dengan kami”.
Sindy spontan langsung mengkerutkan keningnya “si cupu? Maksud loh Nita?”
“Yah ialah siapa lagi kalua bukan cewek miskin yang ada disamping kamu itu” lanjut Tika. What? Maaf ya Tika bukannya gue kurang ngajar sama loh tapi loh itu ngak boleh ngomong gitu ke Nita “suara Sindy agak keras sehingga menarik perhatian teman-teman dikelas untuk menyimak apa yang mereka perdebatkan”. “udah Sindy, aku udah terbiasa kok dengan omongan sperti itu “what? Kamu sudah terbiasa dengan ini? Astagah Ni kamu serius”
“ya ilah dia serius, mana ada yang mau teman dengan cewek cupu, miskin dan kampungan ini, makanya gue ssarani loh jangan duduk dekat dia” ejek Tika meninggalkan Nita ddan Tika. Suasana kelas pun menjadi ribut karena masalah ini. “what kamu sudah biasa dengan cacian dan bulyan itu?Tanya Sindy tak percaya “iah, malahan lebih parah dari itukadang semua kelas bilang aku itu anakk pungut soalnya kaka ku dan aku itu bedah banget, kakak saya itu cantic sedangkan aku…” kata ku dengan dilanjutkan dengan elahan napas lalu aku menundukan kepala dan berusaha menahankan tangisan agar tidak pecah. “kamu tidak kasih tahu sama dosen gitu?” saya menjawab pertannyaan itu dengan menggelengkan kepala” “Bat way?” Tanya Sindy semakin penasaran “percuma sin aku udah berkali kali ngelapor tapi jawaban dosen selalu sama makanya jangan cari masalah sama Tika, itulah kata-kata dosen setiap kali aku ngelapor pada hal aku tuh Cuma mau…….” aku pun tak mampu meneruskan ucapan, tangisku ternyata pecah.”wah tidak bisa di biarin itu dosen kayak gitu, kalau sampai ketahuan sama pemerintah bisa dituntut itu dosen” Sindy dengan wajah kesalnya “aku bilang percuma Sin karena Tika itu anak dari pemilik kampus ini” mata Sindy langsung membulat sempurna “pantasan saja yah kayak gitu, tapi tenang saja Ni, aku akan menjadi sahabatmu mulai detik ini” Sindy memberikan senyum khasnya sedangkan saya sangat senang bagaimana itu adalah teman pertamanya saya.

Komentar

Postingan Populer